Berdiri di hadapan Candi Prambanan, rasa kagum itu sulit dijelaskan dengan kata, sulit rasanya untuk tidak terpesona oleh kemegahannya. Dari kejauhan, candi-candi itu menjulang anggun, seakan menyapa langit, membuat kita sadar betapa hebatnya karya nenek moyang bangsa kita. Mereka tidak hanya meninggalkan tumpukan batu yang disusun rapi, melainkan sebuah mahakarya yang penuh makna, cerita, dan jiwa.Ukiran di dinding Prambanan adalah bukti bahwa batu bisa bicara. Ia menuturkan kisah Ramayana yang abadi, cerita tentang cinta, pengorbanan, dan perjuangan. Setiap pahatan seakan mengisyaratkan bahwa masa lalu tidak pernah benar-benar pergi, ia hadir, ia berbicara melalui sunyi, dan menyapa setiap mata yang mau membaca.Mengunjungi Prambanan bukan hanya soal wisata, tetapi juga perjalanan rasa. Ada kebanggaan tersendiri menyadari bahwa nenek moyang kita mampu membangun sesuatu yang begitu agung dengan teknologi sederhana pada zamannya, simbol betapa tingginya peradaban yang pernah tumbuh di tanah Jawa. Ada juga keharuan, karena kita bisa menyentuh sejarah dengan tangan sendiri, merasakan denyut peradaban yang pernah begitu maju di tanah ini.Pengakuan dunia terhadap Prambanan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO adalah bukti nyata betapa berharganya peninggalan ini. Prambanan bukan hanya milik Indonesia, Prambanan adalah milik umat manusia.Dan ketika senja jatuh diatas Prambanan, siluet candi yang keemasan itu membuatku merenung, warisan agung ini tidak hanya ditinggalkan, tapi juga harus dijaga, agar kisah batu itu terus abadi, agar pesan para leluhur itu tentang keyakinan, keindahan, dan kebijaksanaan, tak lekang dimakan waktu.