Bagi saya yang terbiasa dengan Soto Lamongan dan Soto Madura dengan kuah kuning kental, gurih pekat mencicipi Soto Kudus awalnya terasa agak hambar. Kuahnya bening, ringan, dan tidak menonjolkan rasa rempah sekuat Lamongan atau Madura. Seolah-olah lidah ini mencari-cari rasa yang “hilang”.Tapi di situlah letak keunikannya, Soto Kudus memang lebih mengutamakan kesegaran kuah dan kelembutan daging, bukan kekayaan bumbu yang menempel di lidah. Rasanya ringan, bersih, dan justru memberi ruang untuk kita menikmati keseimbangan bahan-bahannya.Pengalaman ini disebut dengan habit formation atau pembentukan kebiasaan. Lidah kita terbiasa dengan intensitas gurih dan pekat, sehingga ketika bertemu dengan sesuatu yang lebih halus, otak menilai “kurang rasa”. Padahal bukan berarti tidak enak, hanya berbeda spektrum. Sama seperti orang yang terbiasa kopi susu manis, lalu mencicipi kopi hitam—kesannya pahit, walau sebenarnya ya itulah rasa asli kopi.